Rabu, 28 Desember 2022

Cara Allah Melindungi Bayi Yesus - Belajar dari Keluarga Kudus di Nazaret

Bacaan I: 1 Yoh 1:  5 – 2: 2

Bacaan Injil: Mat  2: 13-18

 

Orang Majus hanya tinggal selama satu malam di Betlehem. Pada malam itu mereka diperingatkan dalam mimpi agar tidak kembali kepada Herodes. Karena ada peringatan itu, merekapun secara diam-diam pulang ke negeri mereka dengan melewat jalan lain (Matius 2:12). Dengan demikian  Herodes gagal melaksanakan maksud jahatnya untuk membunuh Yesus. Tidak ada yang mengetahui kabar selanjutnya tentang orang-orang Majus itu. Kita hanya tahu berdasarkan keterangan di dalam Alkitab bahwa mereka pulang ke negeri mereka dengan rasa syukur dan percaya kepada Yesus sebagai Raja semua bangsa di dunia. Hal yang sama juga dilakukan oleh para gembala yang kembali ke Padang Efrata (bandingkan Lukas 2:20).

 

Setelah orang-orang Majus itu meninggalkan Kota Betlehem, datanglah malaikat Tuhan dalam sebuah mimpi dan berkata kepada Yusuf, "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia."(Matiys 2:13)

Pada tengah malam itu juga Yusuf dan Maria harus berkemas. Yusuf segera menuruti perintah itu. " Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibunya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir." (Lukas 2:14). Memang Yusuf adalah seorang penurut. Dia segera melakukan apa yang dikatakan oleh utusan Tuhan Allah kepadanya. Yusuf tidak mengatakan keberatan apa pun. Kehendak Tuhan Allah segera ditaatinya. Maria adalah tipe orang yang suka memakai cukup waktu untuk merenungkan atau mencerna segala sesuatu di dalam hatinya sebelum bertindak. Yusuf adalah tipe orang yang segera bekerja, seorang penurut yang segera melaksanakan petintah Tuhan Allah tanpa keraguan sedikit pun.

 

Pada malan yang sunyi itu, berangkatlah mereka menuju Selatan. Mula-mula, mereka melewati bukit-bukit sampai di Hebron, kemudian ke Bersyeba, dan terus ke Mesir. Yusuf dan Maria tinggal bersama Anak mereka di Mesir. Di mana mereka tinggal di negeri itu? Tidak ada keterangan tertulis tentang hal itu. Apakah mereka mengalami kesukaran besar di Mesir seperti yang dialami oleh nenek moyang mereka pada waktu lampau? Hal itu pun tidak diberitahukan kepada kita. Pada waktu itu, di negeri Mesir, terutama di Kota Alexandria, ada banyak orang Yahudi. Mungkin Yusuf, Maria, dan Anak itu tinggal di kota itu. Menurut dugaan, mereka tidak lama tinggal di negeri Mesir. Setelah berangkat dari Kota Betlehem, mungkin tidak lebih dari satu tahun, Herodespun meninggal. Sebelum kabar mengenai kematian Herodes sampai di Mesir, malaikat  yang sama datang kepada Yusuf dalam mimpi untuk menyampaikan perintah Tuhan Allah supaya Yusuf dan keluarganya segera kembali ke Palestina. Yusuf segera membawa Maria dan Anak itu kembali ke Palestina. Tuhan Allah sudah lama berbicara tentang hal itu melalui Nabi Hosea. "Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil  anak-Ku itu." (Hosea 11:1). Pada masa lampau, Allah memanggil Israel untuk segera keluar dari Mesir. Hal yang sama terjadi juga pada Yesus setelah Herodes meninggal.

 

Beberapa hari setelah tiba di tanah Yudea, terjadilah huru-hara besar. Arkelaus, putera Herodes, ditunjuk oleh ayahnya sebagai penggantinya. Pada waktu itu, kebencian rakyat Yudea kepada Herodes sudah meluap besar sehingga di seluruh penjuru negeri itu terjadilah pemberontakan terhadap raja baru itu. Arkelaus berhasil menindas para pemberontak itu dengan sangat kejam. Setelah itu berangkatlah Arkelaus ke Kerajaan Roma bersama saudara-saudaranya, yaitu Herodes Antipas dan Filipus, untuk menerima surat pengangkatan dari Kaisar yang berkuasa pada waktu itu. Di seluruh negeri Yudea terjadilah perang saudara. Yusuf merasa tidak mungkin ia dan keluarganya terus tinggal di Betlehem karena situasi di sana sangat berbahaya bagi keselamatan mereka, terutama Sang Anak yang masih kecil itu. Pada waktu  itulah datang sekali lagi malaikat yang sama dalam mimpi dan menyuruh Yusuf segera pindah bersama keluarganya ke Galilea.

Demikianlah Yusuf tinggal lagi di Nazaret dan  bekerja lagi sebagai tukang kayu.

Usaha Herodes untuk membunuh Yesus dan cara Allah melindungi Sang Bayi menyatakan beberapa kebenaran tentang cara yang Dia pakai untuk melindungi umat-Nya. Pertama: Allah tidak melindungi Yusuf dan Maria serta anak mereka tanpa kesediaan mereka untuk berkerja sama  dengan Dia (Matius 2:13, 19-20, 22). Perlindungan  memerlukan ketaatan terhadap perintah Allah. Yusuf dan keluarganya harus segera meninggalkan tanah air mereka sendiri untuk tinggal di Mesir (Matius 2:14).

 

Kedua: Allah mungkin akan mengizinkan hal yang sulit dipahami menimpa kita selaku umat-Nya agar kehendak-Nya terlaksana dalam kehidupan kita. Sesungguhnya Yesus Kristus mengawali hidup-Nya sebagai seorang pengungsi dan orang asing di negeri orang (Matius 2:14-15). Menurut pemahaman kita yang terbatas, akan jauh lebih mudah kalau Allah segera menyingkirkan Herodes, serigala yang buas itu, sehingga Yusuf dan  keluarganya tidak harus segera mengungsi ke Mesir dan tidak harus  mengalami semua kesukaran yang terlibat dalam keadaam itu.

 

Ketiga: Setelah pencobaan tertentu sudah berlalu, mungkin masih ada kesulitan lain yang harus kita hadapi (Matius 2:19-23) seperti yang terjadi pada keluarga Yusuf. Perlindungan dan pemeliharaan Allah akan senantiasa diperlukan, karena musuh orang percaya  tidak akan pernah berhenti berusaha untuk menyerang orang yang setia (Efesus 6:10-18; 1 Petrus 5:8).

 

Keempat: Sesungguhnya penderitaan yang ditanggung oleh Yesus Kristus demi keselamatan umat manusia di dunia ini sudah dimulai sejak Ia dikandung ibu-Nya. Penderitaan Sang Raja dan Mesias itu berlanjut menjadi lebih nyata sistematik dalam usaha Raja Herodes untuk membunuh-Nya karena kehadiran-Nya dianggap sebagai suatu ancaman yang bisa menyebabkan kekuasaannya  cepat berakhir. Puncak penderitaan Yesus terjadi di atas kayu salib.


Terima kasih

Selasa, 27 Desember 2022

Percaya dari Sumber Warta Yang Benar

 (Renungan Romo Fadjar Muhammad, MSF pada Selasa, 27  Desember  2022)

Bacaan 1: 1 Yohanes : 1:1 -4

Bacaan Injil :  Yohanes: 20: 2-8

Yang dikatakan dalam  Injil Yohanes :murid yang lain itu  adalah  Yohanes, murid Tuhan , murid  yang dikasihi  Tuhan.  Dialah Rasul pertama yang percaya akan kebangkitan Tuhan. “dia melihatNya dan percaya”.

 Itu yang diwartakan kepada kita dalam bacaan  Injil yang  ditulisnya  sendiri.  Berapa  tulisan Yohanes?   3 surat dan 1 Injil – semua di Perjanjian Baru. Salah satu dari suratnya  dibaca pada bacaan hari ini (bacaan pertama). Yang inngin ditegaskan  dalam bacaan pertama  bahwa bila orang percaya akan kebangkitan  Tuhan ia harus mengimaninya dalam hatinya dan Yohanes mewartakannya kepada kita, karena ia secara langsung melihat dan mengalami pewartaanNya. Ia pernah mendengar bahwa Yesus mengatakan pada hari yang ketiga Ia akan bangkit.  Ia menanamkan itu dalam hatinya dan itulah yang diwartakannya kepada banyak orang. Surat-suratnya (yang ditulisnya sendiri) menegaskan bahwa akan ada orang yang mau menyewelengkan sabda Tuhan yang sering kali disebut dengan anti Kristus, yang mewartakan sabda Tuhan seolah-olah dia itu utusan dari Allah atau bahkan  mengatakan bahwa dia adalah utusan terakhir mungkin, tetapi yang diwartakannya  itu  adalah  anti Kristus, karena mau menyesatkan banyak orang.  

Yohanes menegaskan  bahwa kalau mau mendengarkan firman Tuhan, Yesus sebagai mesias, haruslah dari warta yang benar. Yohanes adalah saksi pewartaan yang benar itu. Yohanes mendengarkan dari Tuhan Yesus sendiri. Para saksi inilah yang memiliki kewajiban untuk mewartakannya, para rasul.  Maka bila ada pewartaan di luar itu maka pertama-tama jangan dipercaya, karena sekalipun bicara tentang kebenaran,  pasti tidak sampai pada kebenaran. Mengapa demikian? Pada waktu Yesus bertemu dengan setan yang merasuki diri orang, setan mengakui  Engkau adalah Mesias, anak Allah. Setan saja omong seperti itu loch. Padahal belum ada orang Yahudi (kecual para murid Yesus yang telah mengatakan itu). Tetapi setan sudah mengatakan itu. Kalau  orang mendengarkan dari setan, maka yang ia akan kejeblos, mengapa? Karena setan akan sengaja mau membuat orang menjauh  dari  Tuhan. Semakin jauh dari Tuhan. Walaupun yang diomongkannya itu di depan Tuhan Yesus itu benar adanya. Tetapi buah dari setan yaitu bahwa setan mau menjebloskan orang kepada maut.

Maka Yohanes mau menegaskan bahwa kalau mau mendengarkan warta yang benar maka dengarkanlah dari siapa yang berbicara, mewartakannya, dan orang harus melihat pewartaannya terlebih dahulu.  Maka bila ingin bertanya  tentang Tuhan Yesus, bertanyalah kepada orang yang memiliki wibawa, wewenang untuk mengajarkannya. Bila bertanya kepada orang katolik yang mungkin masih bimbang iman atau bahkan orang bukan katolik, maka itulah pintu untuk menjauh dari  Tuhan. Orang seringkali  bertanya keYoutube,  Mgr. Google, Sr. Yahoo. Carilah dari sumber yang benar. Bila dari buku yang benar biasanya ada tulisan Nihil Obstat,  secara teologis tidak keliru ajarannya dan Imprimatur artinya dapat ijin dari uskup, wali gereja. Nah itu buku, kalau sekarang dari media massa, imprimatur dari siapa? Apakah ada ada jaminan nihil obstatnya? Maka haruslah berhati-hati untuk mencari dan menemukan mana ajaran yang  benar. Pesta Yohanes rasul ini mengingatkan kita akan warta yang benar yang harus kita pertahankan, supaya nanti menjadi iman kita dan bisa kita wartakan secara benar kepada orang lain. ***

Bandingkan dengan sumber di https://www.youtube.com/watch?v=gTEIhNrTC-4

Terima kasih

Senin, 12 September 2022

MAKANAN UNTUK TUBUH, JIWA, DAN ROH KITA

 Ada banyak hal yang dapat memancing amarah dan menguras persediaan energi kita. Kemarahan membuat kita sering bertindak dengan tidak bijaksana. Pada waktu marah, emosi negatif segera menguasaii perasaan kita, membuat pikiran kita gelap dan tumpul, dan kita didesak untuk segera melakukan pelampiasan yang sepadan. Kita  memang merasakan kepuasan sesaat waktu marah, tetapi setelah itu kita akan dirundung oleh penyesalan, rasa bersalah, dan rasa malu: malu kepada Tuhan, malu kepada orang yang menjadi korban kemarahan kita, dan malu kepada diri sendiri. Kadang-kadang kemarahan bisa mencelakakan diri kita dan orang lain. Kemarahan juga merusak hubungan kita secara pribadi dengan Tuhan dan dengan sesama kita.


Untuk meredam kemarahan, kita harus mendidik diri sendiri untuk bersabar, melatih diri sendiri untuk marah pada saat yang tepat, dan memberikan respon dengan cara yang benar sehingga kita tidak perlu menyesalinya pada kemudian hari.  "Jangan lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh." (Pengkhotbah 7:9).  Memang setiap hari, dari pagi sampai malam hari, selalu ada banyak perkara yang  bisa memancing kemarahan dan memberikan kesempatan kepada iblis untuk  menyeret kita ke dalam belukar dosa, tetapi kita dapat memilih untuk menjadi orang yang merdeka dan cerdas dengan tidak harus menanggapinya.

Catatan: Renungan ini ditulis oleh Bapak Youri Adutae. Saya postingkan ulang dari WA Group Tolas Pah Timor (kelompok keluarga orang Timor) di Salatiga.

Rabu, 31 Agustus 2022

MENGASIHI DALAM PERBUATAN

BACAAN: "Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.” (Yohanes 14:21)

 

RENUNGAN:

Kata “kasih” adalah satu kata yang mudah diucapkan oleh siapa saja. Mengasihi dengan mudah bisa dilakukan dengan perkataan. Dengan mengatakan “aku mengasihi kamu”, kita tahu bahwa itu merupakan sebuah ungkapan kasih juga.

 

Namun, yang lebih penting bukan hanya ucapan yang ke luar dari mulut kita. Kasih harus lebih banyak diwujudkan dalam perbuatan.

 

Kata  mengasihi” adalah kata kerja. Oleh karena itu, perlu ada aksi agar dapat terwujud dalam kehidupan kita.

 

Mari kita periksa diri kita masing-masing, manakah yang lebih banyak, kita mengasihi dengan hanya mengucapkan kata-kata atau kita kita mengasihi disertai dengan perbuatan ?

 

Hari ini Yohanes mengajak kita, sebagai anak-anaknya yang terkasih, untuk mengasihi bukan hanya dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.

 

Dengan demikian, kita memahami bahwa kita berasal dari kebenaran dan hati kita mendapat ketenangan di hadapan Allah. Adapun cirinya adalah kita mengasihi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.

 

Dengan cara itulah kita tahu bahwa kita berasal dari kebenaran. Supaya bisa melakukannya, kita harus penuh dengan kesabaran, kelemah-lembutan, penguasaan diri dan buah-buah lain yang keluar dari kasih yang ada dalam kehidupan kita.

 

Semua ciri tersebut di atas akan memberikan kepastian bahwa kita hidup dalam kasih dan kebenaran.

 

Oleh karena itu, marilah kita lakukanlah perbuatan mengasihi, dan bukan sekedar berkata-kata saja

Siapa yang memegang perintah Allah dan melakukannya, dialah yang mengasihi Tuhan Yesus.

 

Dan barangsiapa mengasihi Tuhan Yesus, ia akan dikasihi oleh Bapa dan Tuhan Yesus pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri  kepadanya.

 

Doa :  “Bapa di dalam sorga, aku mau mengasihi dengan perbuatanku dan bukan dengan perkataan saja. Dalam nama Yesus. Amin.”

 

Selamat ber-Saat Teduh. Tuhan Yesus menyertai dan memberkati kita semua.

Catatan: Renungan ini ditulis oleh Bapak Youri Adutae. Saya postingkan ulang dari WA Group Tolas Pah Timor (kelompok keluarga orang Timor) di Salatiga.

Jumat, 26 Agustus 2022

TUHAN PENOLONG KITA

 

BACAAN: 

Sebab Aku ini, TUHAN, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau.”

(Yesaya 41:13)

 

RENUNGAN:

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita agar tidak takut, Ketakutan adalah suatu belenggu. Selama seseorang dibelenggu oleh ketakutan, langkah hidupnya pasti terseok-seok, tidak akan bisa maju, selalu ada dalam kekalahan.

 

Tak seharusnya kita takut, karena kita mempunyai Tuhan yang tidak pernah melepaskan tangan-Nya untuk memegang dan menolong kita. Bila pandangan kita terus tertuju kepada fakta atau realita yang ada, yaitu musuh-musuh yang di depan mata, kita pasti mengalami ketakutan, kita merasakan kegentaran, kita gemetar menghadapinya.

 

Seburuk apa pun keadaan dunia ini Tuhan menegaskan bahwa Dia sendiri jaminan bagi orang percaya. Tuhan berkata, _“… *Aku ini, Tuhan…Aku memegang tanganmu… Akulah yang menolong engkau.”* (lihat ayat di atas). Inilah yang menjadi dasar pengharapan orang percaya untuk tidak takut menjalani hidup ini.

 

Tuhan adalah Pribadi yang selalu ada untuk kita; Dia sanggup melakukan perkara-perkara besar, menciptakan segala sesuatu yang tidak a,da menjadi ada; Dia yang kuasa-Nya tidak dapat dibandingkan dengan kuasa siapa pun; Dia selalu ada pada setiap musim kehidupan kita; Dia sekali-kali tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita (Ibrani 13:5b); Dia tidak pernah berubah dari dahulu, sekarang, sampai selamanya (Ibrani 13:8).

 

Bukti nyata betapa besar kasih Tuhan kepada kita dinyatakan melalui pengorbanan-Nya di kayu salib.

Bukan hanya itu, Tuhan juga memberikan Roh Kudus-Nya sebagai Penolong kita. Daud memiliki pengalaman hidup betapa Tuhan benar-benar menjadi tempat perlindungan dan kekuatan baginya dan sebagai Penolong dalam kesesakan sangatlah terbukti (Mazmur 46:2).

 

Jangan biarkan ketakutan membelenggu Saudara !

Pegang teguh janji Tuhan. Tuhan bukan manusia yang mudah sekali ingkar terhadap apa yang Ia dijanjikan, jika Tuhan yang berjanji, pasti ditepati-Nya. Tuhan berkata, _“Aku adalah Alfa dan Omega,” (Wahyu 1:8), artinya jika Tuhan yang memulai, Ia juga yang akan menyelesaikan sampai akhir.

 

Jangan biarkan ketakutan membelenggu ! “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:20b).

 

Selamat ber-SaatTeduh. Tuhan Yesus menyertai, menolong, dan memberkati kita semua.

Catatan: Renungan ini ditulis oleh Bapak Youri Adutae. Saya postingkan ulang dari WA Group Tolas Pah Timor (kelompok keluarga orang Timor) di Salatiga. 


Kamis, 18 Agustus 2022

MAKANAN UNTUK TUBUH, JIWA, DAN ROH KITA

BACAAN: Efesus 1:3-14

RENUNGAN HARI INI

 

Allah berhak mengharapkanb kasih, penyembahan, dan ketaatan dari semua orang yang telah diberkati-Nya. Sayangnya, banyak di antara kita yang cenderung menunjukkan sedikit hormat dan rasa terimakasih kepada Allah. Kita suka merusak hukum moral Allah, tetapi kita tidak mau mengakui hak Allah untuk menghukum kita. Sejarah menunjukkan fakta bahwa bangsa yang mengabaikan Allah dan menolak firman-Nya, bangsa itu  pasti akan menuai buah-buah yang pahit. Kita patut mensyukuri kemerdekaan yang telah kita nikmati selama ini dan sepatutnya kita memakai kemerdekaan itu untuk melayani sesama kita yang berkekurangan, tetapi kita menyepelekan perintah ini dengan bersikap kurang peduli kepada mereka. Kita suka memaksakan keinginan kita kepada orang lain, berlaku tidak adil kepada orang lain, dan tidak memikirkan kesejahteraan merek; kita menuntut hak kita untuk mendapatkan kemerdekaan pribadi, tetapi kita tidak mau mendengarkan gagasan tentang hak-hak Allah. Allah adalah pemilik kebun anggur. Dia menghendaki kita menjadi pohon anggur yang menghasilkan buah-buah yang berkualitas baik, bahkan yabg sangat baik, yaitu buah-buah kasih dan ketaatan, dan bukan buah-buah asam yang berasal dari rasa tidak bersyukur kepada Tuhan dan kejahatan kita. (Yesaya 5:2).

Sebelum berada di dalam Adam Kedua atau Adam Rohani, yaitu Yesus Kristus, kita berada di dalam Adam Pertama atau Adam Jasmani. Ketika Adam Pertama itu berbuat dosa, rohnya mati dan dia pun hidup terpisah dari Tuhan. Semua keturunan Adam Pertama, termasuk kita, juga hidup dalam keadaan yang sama sejak kita dilahirkan. Firman Tuhan menggambarkan peristiwa ini sebagai peristiwa "mati dalam pelanggaran dan dosa". Secara fisik kita masih hidup, tetapi secara rohani kita sudah mati (Efesus 2:1). Pada saat kita menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita secara pribadi, kita dipindahkan dari posisi  "di dalam Adam Pertama" ke posisi baru "di dalam Adam Kedua atau Yesus Kristus berkat karya Roh Kudus. Sesungguhnya inilah mujizat kasih karunia. Kita yang dahulu mati dan terhilang, sekarang hidup dan dipersatukan dengan Allah Bapa da Yesus Kristus. Kita yang sebelumnya hidup terpisah dari Allah Bapa di surga, sekarang telah bersatu dengan Dia dalam Yesus Kristus (Efesus 1:3-14).

 

Sekarang kita berada dalam posisi yang aman karena kita sudah sepenuhnya diterima oleh Bapa kita di surga. Kita telah ditempatkan secara permanen di dalam Yesus Kristus berkat karya Roh Kudus. Status kita sebagai ciptaan yang baru bersifat kekal dan tidak dapat diubah. Kita tidak mempunyai andil sedikit pun dalam karya keselamatan. Keselamatan kita sepenuhnya berasal dari Allah. Karena kasih karunia, Allah Bapa mau memilih kita dan memperdamaikan kita dengan diri-Nya. Ia menyediakan sarana perdamaian dan menempatkan kita di dalam Yesus Kristus untuk menjadi sebuah tanda bahwa kita telah diperdamaikan dengan Dia dan kita telah diterima-Nya. Diperdamaikan, diterima, dan hidup di dalam Yesus Kristus, itulah arti kemerdekaan kita yang sesungguhnya (Roma 6:1-4).

Selamat ber-Saat Teduh. Tuhan Yesus menyertai dan memberkati kita semua

Catatan: Renungan ini ditulis oleh Bapak Youri Adutae. Saya postingkan ulang dari WA Group Tolas Pah Timor (kelompok keluarga orang Timor) di Salatiga. 

Rabu, 17 Agustus 2022

DIMERDEKAKAN DARI BELENGGU PERBUDAKAN

BACAAN: Yohanes 8:31-36

RENUNGAN HARI INI

Sejak kemarin kita mulai sedikit menyentuh topik kemerdekaan. Apa itu kemerdekaan? Menurut pandangan manusia pada umumnya, kemerdekaan adalah peristiwa ketika seseorang mampu membuat pilihan dan bertindak dengan sebebas-bebasnya tanpa terhalang oleh banyak batasan, halangan, dan tanggung jawab. Namun, menurut pandangan Allah berdasarkan Alkitab, arti kemerdekaan seperti itu sebenarnya hanya menggambarkan tabiat seorang manusia pemberontak, yaitu seorang manusia yang tidak mau tunduk kepada otoritas dan hanya mau melakukan apa yang baik menurut pandangannya sendiri (Hakim-hakim 21:25). Kemerdekaan sejati berarti kita benar-benar  dibebaskan dari ikatan dosa dan dampak-dampaknya yang sangat mengerikan pada diri dan kehidupan kita seutuhnya. Kemerdekaan semacam ini hanya dapat kita temukan dan nikmati dalam Yesus Kristus (Roma 6:16-17).

 

Langkah pertama menuju kemerdekaan adalah kita harus  mengakui area ketidakbebasan kita. Orang yang belum menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya, sesungguhnya dia masih ada di area ini. Area ketidakbebasan adalah tempat seseorang masih terus terikat oleh segala macam belenggu perbudakan. Dia masih hidup sebagai hamba dosa atau budak dosa. Dosa  telah membutakan mata hatinya sehingga dia sama sekali tidak mampu melihat cahaya kebenaran yang membebaskan berdasarkan iman kepada Yesus Kristus.

 

Setelah menjadi orang Kristen, kita pun  kita masih bisa terbelenggu, terutama oleh belenggu-belenggu perbudakan yang sangat halus. Misalnya, kita merasa rendah diri atau sebaliknya kita tinggi diri, angkuh, atau sombong. Belenggu-belenggu perbudakan yang lain adalah perasaan tidak aman yang menyebabkan kita masih terus hidup dalam kebimbangan, tidak mampu percaya dan tidak taat kepada Tuhan. Selanjutnya ada juga belenggu perbudakan lain berupa perasaan tidak berharga dan perasaan tertolak yang menghalangi kesaksian hidup kita di dunia sebagai pengikut Yesus Kristus.

 

Dari firman Tuhan, kita tahu bahwa kita dimerdekakan pada waktu kita  sadar betul akan keberadaan dan posisi  kita di dalam Yesus Kristus. Jalan menuju pengetahuan tentang kebenaran yang memerdekakan kita adalah kita tetap hidup dalam firman Tuhan. Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi yang percaya  kepada-Nya, "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu memerdekakan kamu."(Yohanes 8:31-32).

 

Selamat ber-Saat Teduh. Tuhan Yesus menyertai dan memberkati kita semua

Catatan: Renungan ini ditulis oleh Bapak Youri Adutae. Saya postingkan ulang dari WA Group Tolas Pah Timor (kelompok keluarga orang Timor) di Salatiga.

Selasa, 16 Agustus 2022

PENGIKUT YESUS HARUS MENGIKUTI TELADANNYA

 RENUNGAN HARI INI

 

Bacaan Inspirasi: 1 Korintus 6:19-20

 

Ada harga yang harus dibayar sejak kita menjadi pengìkut Yesus. Mengikut Yesus berarti kita mengikuti teladan Dia yang rela menyerahkan segala milik-Nya, yaitu waktu-Nya, nyawa-Nya, dan tubuh-Nya sendiri untuk menggenapi rencana Allah. Allah itu Roh (Yohanes 4:24). Karena itu, Ia membutuhkan suatu wadah untuk berdiam dan untuk memanifestasikan kekuasaan-Nya. Kita adalah bait kudus Allah, tempat Allah mau berdiam untuk melaksanakan tujuan kekal dan berbagai macam proyek-Nya di dunia ini. Rasul Paulus berkata, "Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, Allah akan membinasakan dia, sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu." (1 Korintus 3:17). Tubuh kita bukan milik kita lagi karena tubuh kita sudah dibeli oleh Allah dan harganya telah lunas dibayar dengan darah Anak-Nya sendiri, yaitu darah Yesus Kristus yang tertumpah di atas kayu salib. *"Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudud yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu." (1 Korintus 6:19-20).  Karena tubuh kita sudah ditebus oleh Allah dan sudah sepenuhnya menjadi milik Allah, kita harus merawat tubuh kita untuk memuliakan Allah.

Di medan perang hanya ada dua pilihan, yaitu membunuh atau dibunuh.  Prinsip ini kelihatannya sangat kejam jika diterapkan pada sesama manusia. Meskipun demikian, prinsip ini juga memiliki sisi baik jika diterapkan pada sasaran yang tepat. Musuh terbesar kita adalah Iblis. Musuh terbesar yang lain meliputi semua hal buruk yang ada di dalam diri kita, yaitu cara berpikir yang negatif, perasaan negatif, keinginan jahat,  perbuatan jahat, kebiasaan buruk,  karakter buruk, atau keadaan mental kita yang tidak baik. 

 

Kehidupan satu bangsa ditentukan oleh  kekuatan mental bangsa itu. Jepang tidak seluas Indonesia, mempunyai sumber daya alam yang terbatas, dan mengalami kehancuran pada masa perang dunia kedua, tetapi mereka mempunyai semangat yang berapi-api untuk bangkit dari keterpurukan  dan akhirnya mereka bisa menjadi bangsa yang sangat  maju di dunia. Bagaimana dengan bangsa kita? Kita sudah merdeka secara politis, tetapi mental selalu dijajah masih tetap tinggal dan bercokol di dalam diri kita sehingga kita tidak  bisa cepat maju. Mungkin kita masih dijajah oleh banyak dosa di dalam hati kita dan kita masih terus-menerus dipaksa oleh dosa-dosa itu untuk melayani kehendak Iblis.

 

Kita perlu memiliki sikap hati atau sikap mental yang gigih dalam menjalani kehidupan ini. Jangan biarkan kemiskinan mental terus melanda kita, yaitu kondisi kejiwaan yang dipenuhi oleh kebiasaan-kebiasaan buruk seperti kenajisan, kecemaran, mudah cepat menyerah, suka berprasangka buruk, iri hati, suka menyalahkan orang lain, malas, tidak berdisiplin, dan berbagai sifat buruk lain yang menghambat kemajuan dan keberhasilan kita. Kehancuran dan kegagalan bisa melanda rumah tangga, gereja,  perusahaan, dan karier kita dalam semua bidang kehidupan. Akan tetapi, kalau kita memiliki sikap mental yang baik, hal-hal buruk itu tidak akan mematikan langkah kita untuk maju dan berhasil. Karena memiliki sikap mental yang baik, setiap kali jatuh, kita selalu masih mau terus berjuang sampai akhirnya kita bisa bangkit lagi untuk meraih keberhasilan. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Jka kita sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan hidup dalam kebenaran firman Tuhan, langkah kita pasti akan diteguhkan-Nya. Kita tidak boleh  membiarkan masa depan kita dibunuh oleh sikap mental yang buruk. Kita harus meninggalkan dan mematikan semua hal buruk itu di dalam diri kita. "Karena itu, matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, dan juga keserakahan yang sama dengan penyembahan berhala" (Kolose 3:5)

 

Selamat bet-Saat Teduh. Tuhan Yesus menyertai dan memberkati kita semua.

Catatan: Renungan ini ditulis oleh Bapak Youri Adutae. Saya postingkan ulang dari WA Group Tolas Pah Timor (kelompok keluarga orang Timor) di Salatiga. 

Senin, 15 Agustus 2022

BELAJAR DARI SAUL

 Bacaan: 1 Samuel 15: 19-23


RENUNGAN HARI INI


Saul diangkat oleh Allah menjadi raja Israel yang pertama. Saul adalah manusia terbaik di negeri itu. Dia berwajah tampan, perawakannya gagah, dan dia diurapi secara khusus oleh Samuel. Ia diberi posisi yang penting, yang belum pernah dinikmati oleh siapa pun di negeri itu.

 

Sesungguhnya Saul memiliki permulaan yang menjanjikan. Namun, dalam perjalanan ia mulai menyimpang. Sifat iri hati dan pementingan dirinya semakin menjadi-jadi, dan ia pun mulai melakukan apa saja yang ia ingin lakukan dan bukan apa yang dikehendaki Allah. Dan benar, ketidaktaatannya, itulah yang membuatnya gila. Kisah hidup Saul memperlihatkan dengan jelas kepada kita apa yang terjadi pada waktu dosa dibiarkan masuk dan memulai proses erosi rohani yang merusak kehidupannya.

 

Apakah kita  berpikir bahwa hal ini tidak akan terjadi pada diri kita? Apakah kita berpikir bahwa kita sudah dewasa secara rohani sehingga kita dapat menghindarkan diri dari ranjau-ranjau yang pernah menghancurkan Raja Saul? Tidak ada seorang pun yang dapat menghindarkan diri dari erosi yang datang dari dosa yang melekat di dalam hatinya. Setan tidak tergesa-gesa membawa perangkap kehancuran ke jalan kita; ia sabar menunggu dan selalu mengawasi kita untuk membuat satu demi satu kesalahan sampai saatnya tiba ketika kita tidak dapat lagi mengenal diri dan kehidupan Saudara sendiri.

 

Jangan tunggu sampai segala sesuatu berakhir; mulailah mengenal erosi di dalam diri kita. Tetapkanlah hati untuk melakukan introspeksi diri  secara berkala guna memastikan bahwa jiwa kita bersih dari dosa yang mengganggu dan merusak kehidupan kita.

 

Catatan: Renungan ini ditulis oleh Bapak Youri Adutae. Saya postingkan ulang dari WA Group Tolas Pah Timor (tolas-nya keluarga orang Timor) di Salatiga. 

Minggu, 14 Agustus 2022

BERANILAH BUANG RASA IRI HATI

Renungan hari ini.

Bacaan Injil -  Lukas: 15: 11 - 32

Kisah anak yang terhilang bisa memicu kecemburuan kita. Kita mungkin tergoda oleh keinginan untuk menjadi anak yang terhilang: nakal, laknat, suka berfoya-foya, kehabisan uang,  kelaparan, terpaksa makan makanan babi, lalu bertobat, pulang ke rumah orang tua, disambut dengan tangan terbuka, dipeluk erat-erat, diberi ciuman secara bertubi-tubi oleh sang ayah, mendapat jubah baru, dan ada pesta yang sangat meriah. Anak sulung yang melihat hal itu menjadi marah-marah karena iri hati. Wajar kalau ia marah kepada sang ayah dan iri hati kepada adiknya. Kalau begitu, mengapa hal itu salah? Kata sang ayah, "Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu." (Lukas 15:31). Anak sulung itu iri hati kepada adiknya karena dia tidak tahu bahwa segala kepunyaan ayahnya adalah kepunyaan dia juga. Ia seperti ayam yang mati kelaparan di lumbung padi.

 

 Iri hati adalah tuduhan di dalam hati kita bahwa orang lain telah merampas berkat dan kebahagiaan kita;  iri hati adalah perasaan bahwa sesuatu telah  dirampas dari kita; Iri hati juga berarti kita tidak suka melihat keberhasilan atau kelebihan orang lain. Inilah yang terjadi pada si anak sulung itu. Sesungguhnya iri hati itu keliru besar dan sia-sia, lebih-lebih kalau kita iri hati kepada mereka yang berbuat curang (Mazmur 37:1) atau kepada orang yang lalim (Amsal 3:31). Iri hati kepada orang-orang seperti itu adalah sebuah tanda bahwa kita juga memiliki niat hati yang sama dengan mereka atau setidaknya kita ikut mengamini kejahatan mereka. Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah." (Matius 5:8). Selain merampok kebahagiaan kita, iri hati juga bisa menggiring kita untuk berbuat jahat dan menjauhkan diri dari hadirat Tuhan (Matius 7:22-23).

Selamat hari Minggu, dan selamat beribadah. Tuhan menyertai dan memberkati kita semua.

Catatan: Renungan ini saya postingkan ulang dari WA Group Tolas Pah Timor (kumpulan keluarga orang Timor) di Salatiga. 


Sabtu, 13 Agustus 2022

MENCARI TUHAN : ADA KEHIDUPAN

Renungan hari ini.


BACAAN :  Yesaya 55:1-13

AYAT : "Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat !" (Yesaya 55:6)

 

RENUNGAN

Renungan kita hari ini menegur dan mengingatkan kita agar tidak menyia-nyiakan waktu.  Kesempatan yang ada hendaknya kita gunakan untuk terus menerus mencari Tuhan. 

 

Mencari Tuhan adalah sebuah keputusan terpenting bagi orang percaya, terutama pada saat kita sedang ada dalam situasi-situasi yang sangat sulit. 

 

Ketika jalan yang kita tempuh terbentur pada tembok yang tebal alias jalan buntu, sedangkan berbagai upaya telah kita lakukan dan semuanya berujung pada kegagalan, tiada jalan lain selain kita harus datang kepada Tuhan dan mencari wajah-Nya. 

 

Mencari Tuhan berarti kita sadar akan keterbatasan dan ketidakberdayaan kita, lalu dengan penuh kerendahan hati kita mencari Dia. Mencari Tuhan juga berarti kita hanya mau berharap akan Dia dan mengandalkan Dia.

 

Mengapa kita harus mencari Tuhan? Karena Dia adalah sumber pertolongan sejati, sedangkan segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak bisa memberikan jawaban dan jaminan yang pasti kepada kita. 

 

Karena itu, janganlah sekali-kali kita gantungkan harapan kita pada uang, kekayaan, jabatan, pengalaman, kepintaran atau kemampuan. Semuanya itu sia-sia. 

 

Gantungkan harapan kita sepenuhnya pada Tuhan sebab Dia selalu mempunyai jalan ajaib untuk menolong kita.

Dia tidak pernah kehabisan cara melepaskan kita dari berbagai macam masalah.

 

"Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:9).

 

Apa yang didapatkan bila kita bersungguh hati mencari Tuhan?  "...kamu yang mencari Allah, biarlah hatimu hidup kembali!" (Mazmur 69:33).

 

Melalui Habi Amos, Tuhan mengingatkan bangsa Israel agar mereka mencari Dia,  "Carilah Aku, maka kamu akan hidup!" (Amos 5:4, 6a).

 

Perjalanan hidup bangsa Israel hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi kita yang hidup pada zaman sekarang ini. Ada keamanan, perlindungan, dan kemenangan ketika mereka mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Namun, ketika mereka meninggalkan Tuhan, berkompromi dengan dosa dan mencari pertolongan dari ilah lain, kekalahan demi kekalahan harus mereka alami.

 

DOA: Ajari kami ya Tuhan untuk berharap dan mengandalkan Engkau dalam setiap langkah kehidupan kami. Amin.

 

Selamat beribadah. Tuhan menyertai dan memberkati kita semua.

Catatan: Renungan ini saya postingkan ulang dari WA Group Tolas Pah Timor (tolasnya keluarga orang Timor) di Salatiga. 


Rabu, 25 Mei 2022

PELOSI MENANGGAPI USKUP AGUNG YANG MENYANGKAL PERSEKUTUANNYA ATAS SIKAP ABORSI

Ketua DPR Nancy Pelosi pada Selasa menanggapi pengumuman uskup agung Katolik San Francisco bahwa dia tidak dapat lagi menerima komuni karena pendiriannya tentang akses aborsi. Dia mencatat bahwa gereja Katolik tidak menyangkal persekutuan dengan anggota parlemen yang mendukung hukuman mati - yang juga melanggar Katekismus gereja.

 

"Saya bertanya-tanya tentang hukuman mati, yang saya lawan," kata Pelosi dalam sebuah wawancara di MSNBC Selasa pagi. "Begitu juga dengan gereja, tetapi mereka tidak mengambil tindakan terhadap orang-orang yang mungkin tidak sependapat dengan mereka. ... Jadi, kita hanya harus berdoa. Kita harus menghormati. Saya berasal dari keluarga Katolik Amerika-Italia yang pro-kehidupan. , jadi saya menghormati pandangan orang tentang itu. Tapi saya tidak menghargai kami yang memaksakannya ke orang lain. Sekarang uskup agung kami telah dengan keras menentang hak-hak LGBTQ, juga, pada kenyataannya, dia memimpin dalam beberapa inisiatif di — sebuah inisiatif di pemungutan suara di California. Jadi, keputusan yang membawa kita ke privasi dan preseden ini sangat berbahaya dalam kehidupan banyak orang Amerika."

 

Wawancara Pelosi di MSNBC "Morning Joe" Selasa mengikuti surat publik Uskup Agung Salvatore Cordileone yang memberi tahu Pelosi, yang berasal dari San Francisco, bahwa dia mungkin tidak lagi menerima sakramen komuni karena dia tidak mundur dari dorongannya untuk akses aborsi.

Cordileone menulis pada hari Jumat bahwa "banyak permintaan" untuk berbicara dengan Pelosi belum diakomodasi sejak dia bersumpah untuk terus berjuang untuk mengabadikan Roe v. Wade dalam hukum. Uskup agung mengatakan dia telah memberi tahu Pelosi pada 7 April bahwa, jika dia tidak secara terbuka menolak "advokasi untuk 'hak'" aborsi atau menahan diri untuk tidak mengacu pada imannya di depan umum, dia tidak punya pilihan selain menolak komuninya.

 

“Karena Anda belum secara terbuka menyangkal posisi Anda tentang aborsi, dan terus mengacu pada iman Katolik Anda dalam membenarkan posisi Anda dan untuk menerima Komuni Kudus, maka waktunya telah tiba,” tulis uskup agung itu.

 

"Oleh karena itu, mengingat tanggung jawab saya sebagai Uskup Agung San Francisco untuk 'memperhatikan semua umat Kristen yang dipercayakan kepada perawatan [saya]' ... melalui komunikasi ini saya dengan ini memberi tahu Anda bahwa Anda tidak boleh hadir untuk Komuni Kudus dan, jika Anda melakukannya, Anda tidak boleh menerima Komuni Kudus, sampai saat Anda secara terbuka menolak pembelaan Anda untuk legitimasi aborsi dan mengaku serta menerima pengampunan dosa berat ini dalam Sakramen Tobat."

 

Editor: Stefan Sikone

Kamis, 12 Mei 2022

KEDUTAAN BESAR BELANDA MEMBERIKAN PENGHORMATAN KEPADA BEATO TITUS BRANDSMA

Kedutaan Besar Belanda untuk Takhta Suci menyelenggarakan konferensi yang membahas peran heroik jurnalis Belanda dan martir Perang Dunia II Fr. Titus Brandsma dalam mempromosikan kebenaran, hak asasi manusia, dan kebebasan pers - sebuah komitmen yang mengorbankan nyawanya. Paus Fransiskus akan mendeklarasikannya sebagai Orang Suci pada 15 Mei 2022.

Pada hari Minggu 15 Mei Paus Fransiskus akan memimpin Misa pagi dengan kanonisasi sepuluh Beato: Titus Brandsma; Lazarus, juga dikenal sebagai Devasahayam; Cesar de Bus; Luigi Maria Palazzolo; Giustino Maria Russolillo; Charles de Foucauld, Marie Rivier; Maria Francesca di Gesù Rubatto; Maria di Gesù Santocanale; dan Maria Domenica Mantovani.

Kedutaan Besar Belanda untuk Takhta Suci memberikan penghormatan kepada rekan senegaranya, Pastor Titus Brandsma dari Karmelit, seorang teolog, jurnalis, dan penulis yang dengan tegas menentang dan berbicara menentang undang-undang anti-Yahudi yang disahkan Nazi di Jerman sebelum Perang Dunia II.

Ia ditangkap pada Januari 1942 ketika Jerman menginvasi Belanda. Nazi mengatakan kepadanya bahwa dia akan diizinkan untuk hidup tenang di biara jika dia mengumumkan bahwa surat kabar Katolik harus menerbitkan propaganda Nazi. Pastor Karmelit tersebut menolak, yang karenanya ia mengalami kesulitan dan kelaparan di kamp konsentrasi Dachau. Dia meninggal setelah disuntik dengan asam karbol pada 26 Juli tahun yang sama. Dia berusia 61 tahun.

Kedutaan Besar Kerajaan Belanda untuk Takhta Suci telah menyelenggarakan konferensi yang membahas peran Fr. Brandsma berperan  dalam mempromosikan hak asasi manusia, kebebasan pers, dan memberikan pengorbanan tertinggi dalam hidupnya untuk nilai-nilai ini.

Caroline Weijers, Duta Besar Belanda untuk Takhta Suci, berbicara dengan Gudrun Sailer dari Vatican News tentang konferensi tersebut dan tentang kesaksian heroik Fr. Brandsma, yang teladan dan warisannya dapat terus menginspirasi orang-orang dari semua agama.

Berikut ini wawancara Gudrun Sailer dengan Duta Besar Caroline Weijers

T: Apakah peran Fr. Brandsma hari ini dalam Masyarakat Belanda yang sekular?

J: Titus Brandsma adalah orang yang memiliki banyak talenta. Sebagai seorang imam, ia terinspirasi oleh Teresa dari Avila, Karmelit dan Santo. Dia memiliki sikap yang sangat positif terhadap kehidupan. Sebagai seorang pemikir, filsuf, dan mistikus, ia memberikan kontribusi intelektual pada debat sosial. Sebagai profesor dan Rektor di  Magnificus dari Universitas Katolik Nijmegen, yang didirikan pada tahun 1923, ia berkontribusi pada emansipasi Katolik di Belanda. Sebagai seorang jurnalis, ia aktif dalam perkataan dan tentu saja dalam tindakan, berbicara menentang ideologi sosialis nasional dan hukum rasial Nuremberg, membela kebebasan pers, dan selama pendudukan Belanda mengunjungi surat kabar Katolik untuk mendesak mereka agar tidak mencetak propaganda. Semua aspek ini membuatnya, tentu saja ketika kita melihat ke belakang, menjadi pahlawan perlawanan khusus. Keberanian dan ketekunannya menginspirasi banyak orang di seluruh dunia dan tentunya juga di Belanda. Iman, harapan, dan cinta, kualitas yang diwujudkan Titus, tidak hanya penting bagi umat Katolik, Kristen, atau pemeluk agama, tetapi juga bagi semua orang yang berkehendak baik.

T: Apakah dia dikenal sekarang di masyarakat Belanda?

J: Dia pasti dikenal di segmen masyarakat tertentu, dan misalnya, Nijmegen, Universitas tempat dia menjadi rektor juga, dia terkenal dan sangat dihormati. Saya pikir dalam arti yang lebih luas, orang-orang menemukan lebih banyak tentang dia tahun ini karena ada banyak perhatian media sekarang.

T: Kedutaan Belanda untuk Takhta Suci mengadakan konferensi sebelum kanonisasi Titus Brandsma dan kebebasan pers. Apa yang dikatakan Orang Suci yang baru kepada kita hari ini tentang kebebasan pers?

J: Prioritas dalam pekerjaan kedutaan Belanda untuk Takhta Suci termasuk perdamaian dan keamanan, supremasi hukum dan keadilan, iklim dan lingkungan, dan hak asasi manusia, yang meliputi kebebasan berbicara dan karena itu kebebasan pers. Simposium, dalam bahasa Inggris, yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Belanda untuk Takhta Suci bersama dengan Asosiasi Jurnalis Internasional yang terakreditasi untuk Vatikan akan berlangsung pada hari Selasa, 10 Mei, di Centro Internazionale Sant'Alberto, yang merupakan rumah tempat Titus hidup selama tahun-tahun dia belajar di Roma. Judul simposium ini adalah “Titus Brandsma: Tantangan Jurnalisme di Masa Gelap”. Jelas, ini tentang waktu ketika Titus hidup dan bekerja dan melawan penjajah yang kejam dan dibunuh. Ini juga merupakan kesempatan untuk memeriksa relevansi sosial saat ini dari apa yang Titus perjuangkan. Tema pidato Duta Besar Hak Asasi Manusia Belanda yang akan datang ke Roma untuk simposium penting ini adalah dunia membutuhkan jurnalis pemberani seperti Titus Brandsma untuk membuat perbedaan bagi kemanusiaan dan hak asasi manusia untuk semua. Simposium akan ditutup dengan diskusi meja bundar dengan beberapa anggota asosiasi jurnalis Vatikan tentang tantangan jurnalisme dan pencarian kebenaran di era berita palsu dan media sosial.

T: Apa yang dikatakan penganiayaan terhadap Titus Brandsma, jurnalis lain, dan orang-orang yang menyuarakan pendapat mereka sendiri selama kediktatoran Nazi tentang kebebasan pers hari ini di zaman kita?

A: Saya pikir ini adalah peringatan betapa hati-hati kita harus tentang kebebasan berekspresi dan kebebasan pers. Jumlah jurnalis yang diserang dan bahkan terkadang dibunuh di seluruh dunia sangat mengkhawatirkan. Ini akan menyentuh supremasi hukum kita, pada elemen-elemen seperti transparansi, demokrasi, kontrol oleh rakyat dari pemerintah, karena rakyat perlu diberi tahu. Jadi, saya pikir hidup dan matinya adalah peringatan bagi kita semua.

T: Perbedaan antara Yang Terberkati dan Orang Suci adalah bahwa Yang Terberkati layak dihormati untuk gereja lokal atau komunitas agama mereka masing-masing, sedangkan Orang Suci berlaku untuk seluruh Gereja universal. Dalam hal ini, sampai sejauh mana Titus Brandsma dari Belanda menjadi model bagi seluruh dunia Katolik?

J: Secara teknis, dan seperti yang Anda katakan sebagai pokok teologis, Titus sejauh ini tidak dapat dihormati di seluruh dunia dan di luar komunitas Karmelitnya sendiri. Namun, posisinya, tidak hanya di Belanda tetapi juga di belahan dunia lain, sudah tinggi. Misalnya, di Amerika Serikat dan Filipina di mana hadiah Titus Brandsma diberikan setiap dua tahun kepada jurnalis dan peneliti muda. Nilai-nilai yang disebarkan dan diwujudkan oleh Titus Brandsma, yaitu keterlibatan sosial, inklusi, cinta untuk melawan ketidakadilan, permusuhan dan ketidaksetaraan, dan keberanian dalam menghadapi kejahatan, semua elemen ini melampaui geografi dan agama. Karena itu saya akan melangkah lebih jauh dari apa yang tersirat dari pertanyaan Anda. Titus bukan hanya contoh dan inspirasi bagi umat Katolik di seluruh dunia, tetapi bagi orang-orang terlepas dari agama atau non-agama mereka latar belakang, dan di hari ini dan usia bahkan lebih.@@@ editor : stefan sikone

Rabu, 11 Mei 2022

MISI KITA: MEMBAWA TERANG

 

Bacaan I: Kisah Para Rasul 12: 24-13:51

Bacaan Injil: Yohanes 12: 44-50

Renungan singkat di bawah ini adalah inspirai dari bacaan – bacaan hari ini.

=================================

Injil hari Ini berkaitan erat dengan misi Yesus: untuk membawa terang.  Dan sebagai pengikut Yesus harusnya juga  adalah kita,  untuk membawa terang Yesus. Untuk mencerahkan. Karena dunia berada dalam kegelapan. Tidak mudah untuk hidup dalam terang. Cahaya menunjukkan banyak hal buruk dalam diri kita yang tidak ingin kita lihat: kejahatan, dosa… hal-hal ini membutakan kita; mereka menjauhkan kita dari terang Yesus. Tetapi jika kita mulai memikirkan hal-hal ini, kita tidak akan menemukan tembok. Kita akan menemukan jalan keluar, karena Yesus sendiri mengatakan bahwa Dia adalah terang, dan juga: "Aku datang ke dunia bukan untuk menghukum dunia, tetapi untuk menyelamatkan dunia" (lih. Yoh 12:46-47). Yesus sendiri, sang terang, berkata: “Tenanglah: biarkan dirimu tercerahkan; biarkan diri Anda melihat apa yang Anda miliki di dalam, karena Aku datang untuk memimpin Anda  maju, untuk menyelamatkan Anda. Aku  tidak mengutuk Anda. Aku menyelamatkanmu". Ada begitu banyak kegelapan di dalam dunia ini. Dan Tuhan menyelamatkan kita. Tapi Dia meminta kita untuk, pertama; memiliki keberanian untuk melihat kegelapan kita sehingga terang Tuhan dapat masuk dan menyelamatkan kita. Amin  

stefan sikone

DOA KAKEK-NENEK DAPAT MENGUBAH DUNIA

 Dalam Pesan Paus Fransiskus untuk Hari Doa Sedunia ke-2 untuk Kakek dan Lansia, Paus Fransiskus mendorong para lansia untuk bertekun dalam harapan dan mengingatkan mereka akan kekuatan besar mereka untuk mengubah dunia melalui doa dan kelembutan.

Paus Fransiskus mengatakan penuaan bukanlah kutukan, tetapi berkah, dan bahkan jika masyarakat atau kelemahan Anda sendiri mungkin menggoda Anda untuk berpikir sebaliknya, Anda tidak ternilai dan Tuhan ingin Anda bertahan dalam harapan! (Selasa, 24 Juli 2022)

Gereja merayakan Hari Sedunia setiap tahun pada hari Minggu keempat di bulan Juli, dekat dengan pesta kakek-nenek Yesus, Saints Joachim dan Anne.

Paus Fransiskus melembagakan Hari Sedunia ini pada tahun 2021 karena kakek-nenek sering dilupakan, tetapi "adalah penghubung antar generasi, mewariskan pengalaman hidup dan iman kepada kaum muda."

Dalam pesan tahun ini, Paus sebagian besar menggunakan katekese tentang hari tua, keluarga dan St Yosef.

 

Masyarakat menyiratkan orang tua tidak berguna

 

Paus mengingat kata-kata Pemazmur bahwa “Pada masa tuanya mereka masih menghasilkan buah” (Mzm 92:14). Kata-kata ini, kata Paus, adalah kabar gembira dan "'Injil'" sejati yang dapat kita beritakan, dan yang "berlawanan dengan apa yang dunia pikirkan tentang tahap kehidupan ini..."

 

Banyak orang takut akan usia tua, kata Paus, mengakui bahwa mereka menganggapnya sebagai "semacam penyakit" yang sebaiknya dihindari kontak apa pun. "Orang tua, menurut mereka, bukan urusan mereka dan harus dipisahkan, mungkin di rumah atau tempat di mana mereka bisa dirawat, jangan sampai kita harus berurusan dengan masalah mereka," keluhnya.

 

“Ini adalah pola pikir dari 'budaya membuang.'”

Bahkan oleh "kita" yang sudah mengalami usia tua, Paus yang berusia 85 tahun itu mengakui, ini bukan masa hidup yang mudah dipahami. Di satu sisi, kata Paus, kita tergoda untuk menangkis usia tua dan melestarikan masa muda kita, "sementara di sisi lain, kita membayangkan bahwa satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah menunggu waktu kita, berpikir murung bahwa kita tidak dapat 'masih melahirkan buah."'

Dia mencatat bahwa masa pensiun dan anak-anak yang sudah dewasa membuat banyak hal yang dulunya menyita waktu dan tenaga orang tua tidak lagi begitu mendesak, sementara kekuatan yang berkurang dan timbulnya penyakit membuat kita merasa tidak pasti.

"Langkah cepat dunia - yang dengannya kita berjuang untuk mengikutinya - tampaknya tidak memberi kita alternatif selain secara implisit menerima gagasan bahwa kita tidak berguna," katanya.

 

Harus bertahan dalam harapan

Mazmur yang sama, yang merenungkan bagaimana Tuhan telah hadir di setiap tahap kehidupan kita, kata Paus, "mendesak kita untuk bertekun dalam harapan."

“Seiring dengan usia tua dan rambut putih, Tuhan terus memberi kita karunia kehidupan dan menjaga kita agar tidak dikuasai oleh kejahatan. Jika kita percaya kepada-Nya, kita akan menemukan kekuatan untuk tetap memuji-Nya. Kita akan melihat bahwa menjadi tua lebih dari sekadar penurunan alami tubuh atau perjalanan waktu yang tak terhindarkan, tetapi karunia umur panjang. Penuaan bukanlah kutukan, tapi berkah!”

Untuk alasan ini, kata Paus, kita harus menjaga diri kita sendiri dan tetap aktif di tahun-tahun berikutnya, juga dari sudut pandang spiritual.

 

Rekomendasi Paus Fransiskus tentang cara tetap aktif

Paus kemudian menawarkan beberapa saran tentang bagaimana melakukannya.

“Kita harus mengembangkan kehidupan batin kita melalui pembacaan sabda Allah yang tekun, doa harian, penerimaan sakramen dan partisipasi dalam liturgi. Selain hubungan kita dengan Tuhan, kita juga harus memupuk hubungan kita dengan orang lain: pertama-tama, dengan menunjukkan perhatian penuh kasih kepada keluarga kita, anak-anak dan cucu-cucu kita, tetapi juga untuk orang miskin dan mereka yang menderita, dengan mendekatkan diri kepada mereka. bantuan praktis dan doa kami.”

Hal-hal ini, kata Paus, "akan membantu kita untuk tidak merasa hanya sebagai penonton, duduk di beranda kita atau melihat keluar dari jendela kita, saat kehidupan terus berjalan di sekitar kita." Sebaliknya, "kita harus belajar untuk membedakan di mana-mana kehadiran Tuhan," kata Bapa Suci.

“Usia tua bukanlah waktu untuk menyerah dan menurunkan layar, tetapi musim berbuah yang bertahan lama: misi baru menanti kita dan meminta kita menatap masa depan.”

 

Paus mendorong mereka untuk mengambil peran aktif dalam revolusi kelembutan.

Doa kakek-nenek dapat mengubah dunia dalam krisis

Dunia kita sedang melewati masa pencobaan dan ujian, dimulai dengan wabah pandemi yang tiba-tiba dan ganas, dan kemudian oleh perang yang merusak perdamaian dan pembangunan dalam skala global. Juga bukan suatu kebetulan bahwa perang kembali ke Eropa pada saat generasi yang mengalaminya pada abad terakhir sedang sekarat.

Krisis besar ini berisiko membius kita pada realitas “epidemi” lain dan bentuk kekerasan luas lainnya yang mengancam keluarga manusia dan rumah kita bersama. Semua ini menunjukkan perlunya perubahan besar, pertobatan.

Kami kakek-nenek dan orang tua, kata Paus, memiliki tanggung jawab besar: "untuk mengajar para wanita dan pria di zaman kita untuk menghargai orang lain dengan pemahaman yang sama dan tatapan penuh kasih seperti kita memandang cucu-cucu kita sendiri." Sejak orang tua telah tumbuh dalam kemanusiaan dengan merawat orang lain, "sekarang kita bisa menjadi guru dari cara hidup yang damai dan memperhatikan mereka yang paling membutuhkan," katanya.

 

Kita memiliki tanggung jawab untuk melindungi dunia, tegas Paus.

“Kakek-nenek kita,” dia mengingatkan, “memeluk kita dan menggendong kita di atas lutut mereka; sekaranglah waktunya bagi kita untuk bertekuk lutut – dengan bantuan praktis atau dengan doa saja – tidak hanya cucu-cucu kita sendiri tetapi juga banyak cucu-cucu yang ketakutan yang belum kita temui dan yang mungkin melarikan diri dari perang atau menderita akibat-akibatnya, " dia berkata.

“Mari kita pegang dalam hati kita – seperti Santo Yosef, yang adalah seorang ayah yang penuh kasih dan perhatian – anak-anak kecil Ukraina, Afghanistan, Sudan Selatan…”

 

'Paduan suara' abadi dari tempat perlindungan spiritual yang agung

Banyak dari kita telah sampai pada kesadaran yang bijaksana dan rendah hati tentang apa yang sangat dibutuhkan dunia kita: pengakuan bahwa kita tidak diselamatkan sendirian, dan bahwa kebahagiaan adalah roti yang kita pecahkan bersama.

“Kakek-nenek yang terkasih, para lansia yang terkasih, kita dipanggil untuk menjadi seniman revolusi kelembutan di dunia kita! Mari kita melakukannya dengan belajar untuk lebih sering dan lebih baik menggunakan instrumen paling berharga yang kita miliki dan, memang, yang paling cocok untuk usia kita: doa.”

Paus mendorong para manula untuk menjadi "penyair doa," menekankan, "Doa kami yang penuh kepercayaan dapat melakukan banyak hal: itu dapat menyertai tangisan rasa sakit mereka yang menderita, dan itu dapat membantu mengubah hati."

Paus Fransiskus mengundang mereka untuk bergabung dengannya menjadi "'paduan suara' abadi dari tempat kudus spiritual yang agung, di mana doa permohonan dan lagu pujian menopang komunitas yang bekerja keras dan berjuang di bidang kehidupan."

 

Menjalani Hari Sedunia secara konkret

Hari Kakek dan Lansia Sedunia, kata Paus, "adalah kesempatan untuk menyatakan sekali lagi, dengan sukacita, bahwa Gereja ingin merayakan bersama dengan semua orang yang Tuhan - dalam kata-kata Alkitab - telah 'penuhi dengan hari.'"

 

“Saya meminta Anda untuk membuat Hari ini dikenal di paroki dan komunitas Anda; untuk mencari orang-orang lanjut usia yang merasa paling sendirian, di rumah atau di tempat tinggal di mana mereka tinggal. Mari kita pastikan bahwa tidak ada yang merasa sendirian pada hari ini. Mengharapkan kunjungan dapat mengubah hari-hari ketika kita berpikir bahwa kita tidak memiliki apa-apa untuk dinanti-nantikan; dari pertemuan awal, persahabatan baru bisa muncul. Mengunjungi orang tua yang hidup sendiri adalah karya belas kasih di zaman kita!”

 

Paus mengakhiri pesannya untuk Hari Sedunia dengan undangan untuk berdoa kepada Bunda Terberkati.

 

“Marilah kita meminta Bunda Maria, Bunda Cinta yang Lembut, untuk menjadikan kita semua seniman dari 'revolusi kelembutan,' sehingga bersama-sama kita dapat membebaskan dunia dari momok kesepian dan iblis perang.”@@@

Editor: Stefan Sikone