Sejak bulan Maret 2020, kita di Indonesia secara resmi mulai membatasi gerak-gerik
kita. Kerja dari rumah (WFH). Semua
harus bekerja dari rumah. Pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya berpusat di
kantor terpaksa ditinggalkan dan dilakukan dari rumah, atau acara-acara yang
sifatnya kerumumanan massa harus dihentikan total dengan harapan bahwa ini akan
memutus mata rntai peneyebaran virus corona.
Virus corona
ini datang tanpa diundang dan bisa menyerang siapa saja tanpa pandang latar
belakang seseorang dari mana dia berasal. Virus corona dapat menyerang orang
kaya atau orang miskin, orang yang tua atau bayi, anak kecil, remaja, orang
dewasa.
Lantas apa yang harus kita lakukan untuk
mempertahankan diri, atau menyerang balik virus corona? Reaksi kita untuk
melawannya pun harus demikian seperti dia menyerang kita. Semua kita tanpa
pandang dari mana latar belakang kita harus bersama-sama sebagai umat beriman
harus berpartisipasi. Kita harus sama-sama, bersatu melawan virus corona,
dengan cara saling bahu membahu mengingatkan satu sama lain, tinggal di rumah
saja, selalu pakai masker bila akan bepergian atau mengikuti suatu acara di luar rumah, dan seringlah cuci tangan menggunakan sabun di air mengalir.
Paus Fransiskus dalam
audensi umum tanggal 9 September 2020 merenungkan pandemi saat ini dalam terang
Doktrin Sosial Gereja, menekankan bahwa kebaikan bersama harus menjadi tujuan
dari upaya individu dan kolektif kita untuk menyembuhkan dunia kita yang terluka.
Dasar kita
adalah kasih Tuhan. Kasih Tuhan yang tak bersyarat, mengilhami komitmen kita "yang memanggil
kita untuk tidak membatasi kasih kita kepada orang lain dan perhatian kita
terhadap kesejahteraan mereka."
Paus Fransiskus
menekankan bahwa kita harus “menjadi
anggota satu keluarga umat manusia, dan bahwa kesejahteraan kita adalah publik,
dan bukan hanya kebaikan pribadi.
“Dengan
menempatkan setiap manusia dan kebaikan bersama di pusat aktivitas budaya,
ekonomi dan politik kita,” Paus Fransiskus mengatakan, “kita akan menciptakan dunia yang
benar-benar sehat, adil dan damai, dan dengan demikian berkontribusi pada
pembangunan 'peradaban' sejati dari cinta.'"
Paus menekankan “Virus Corona,” “tidak mengindahkan batasan budaya atau
politik atau perbedaan - kita juga tidak harus memaksakan penghalang atau
perbedaan apapun pada cinta kita saat kita bekerja untuk kebaikan bersama dalam
menanggapi masalah besar pandemi virus corona.@@@
Tulisan ini
diinspirasi dari artikel ini
Deo Gratia
Stefan Sikone