Rabu, 31 Agustus 2022

MENGASIHI DALAM PERBUATAN

BACAAN: "Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.” (Yohanes 14:21)

 

RENUNGAN:

Kata “kasih” adalah satu kata yang mudah diucapkan oleh siapa saja. Mengasihi dengan mudah bisa dilakukan dengan perkataan. Dengan mengatakan “aku mengasihi kamu”, kita tahu bahwa itu merupakan sebuah ungkapan kasih juga.

 

Namun, yang lebih penting bukan hanya ucapan yang ke luar dari mulut kita. Kasih harus lebih banyak diwujudkan dalam perbuatan.

 

Kata  mengasihi” adalah kata kerja. Oleh karena itu, perlu ada aksi agar dapat terwujud dalam kehidupan kita.

 

Mari kita periksa diri kita masing-masing, manakah yang lebih banyak, kita mengasihi dengan hanya mengucapkan kata-kata atau kita kita mengasihi disertai dengan perbuatan ?

 

Hari ini Yohanes mengajak kita, sebagai anak-anaknya yang terkasih, untuk mengasihi bukan hanya dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.

 

Dengan demikian, kita memahami bahwa kita berasal dari kebenaran dan hati kita mendapat ketenangan di hadapan Allah. Adapun cirinya adalah kita mengasihi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.

 

Dengan cara itulah kita tahu bahwa kita berasal dari kebenaran. Supaya bisa melakukannya, kita harus penuh dengan kesabaran, kelemah-lembutan, penguasaan diri dan buah-buah lain yang keluar dari kasih yang ada dalam kehidupan kita.

 

Semua ciri tersebut di atas akan memberikan kepastian bahwa kita hidup dalam kasih dan kebenaran.

 

Oleh karena itu, marilah kita lakukanlah perbuatan mengasihi, dan bukan sekedar berkata-kata saja

Siapa yang memegang perintah Allah dan melakukannya, dialah yang mengasihi Tuhan Yesus.

 

Dan barangsiapa mengasihi Tuhan Yesus, ia akan dikasihi oleh Bapa dan Tuhan Yesus pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri  kepadanya.

 

Doa :  “Bapa di dalam sorga, aku mau mengasihi dengan perbuatanku dan bukan dengan perkataan saja. Dalam nama Yesus. Amin.”

 

Selamat ber-Saat Teduh. Tuhan Yesus menyertai dan memberkati kita semua.

Catatan: Renungan ini ditulis oleh Bapak Youri Adutae. Saya postingkan ulang dari WA Group Tolas Pah Timor (kelompok keluarga orang Timor) di Salatiga.

Jumat, 26 Agustus 2022

TUHAN PENOLONG KITA

 

BACAAN: 

Sebab Aku ini, TUHAN, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau.”

(Yesaya 41:13)

 

RENUNGAN:

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita agar tidak takut, Ketakutan adalah suatu belenggu. Selama seseorang dibelenggu oleh ketakutan, langkah hidupnya pasti terseok-seok, tidak akan bisa maju, selalu ada dalam kekalahan.

 

Tak seharusnya kita takut, karena kita mempunyai Tuhan yang tidak pernah melepaskan tangan-Nya untuk memegang dan menolong kita. Bila pandangan kita terus tertuju kepada fakta atau realita yang ada, yaitu musuh-musuh yang di depan mata, kita pasti mengalami ketakutan, kita merasakan kegentaran, kita gemetar menghadapinya.

 

Seburuk apa pun keadaan dunia ini Tuhan menegaskan bahwa Dia sendiri jaminan bagi orang percaya. Tuhan berkata, _“… *Aku ini, Tuhan…Aku memegang tanganmu… Akulah yang menolong engkau.”* (lihat ayat di atas). Inilah yang menjadi dasar pengharapan orang percaya untuk tidak takut menjalani hidup ini.

 

Tuhan adalah Pribadi yang selalu ada untuk kita; Dia sanggup melakukan perkara-perkara besar, menciptakan segala sesuatu yang tidak a,da menjadi ada; Dia yang kuasa-Nya tidak dapat dibandingkan dengan kuasa siapa pun; Dia selalu ada pada setiap musim kehidupan kita; Dia sekali-kali tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita (Ibrani 13:5b); Dia tidak pernah berubah dari dahulu, sekarang, sampai selamanya (Ibrani 13:8).

 

Bukti nyata betapa besar kasih Tuhan kepada kita dinyatakan melalui pengorbanan-Nya di kayu salib.

Bukan hanya itu, Tuhan juga memberikan Roh Kudus-Nya sebagai Penolong kita. Daud memiliki pengalaman hidup betapa Tuhan benar-benar menjadi tempat perlindungan dan kekuatan baginya dan sebagai Penolong dalam kesesakan sangatlah terbukti (Mazmur 46:2).

 

Jangan biarkan ketakutan membelenggu Saudara !

Pegang teguh janji Tuhan. Tuhan bukan manusia yang mudah sekali ingkar terhadap apa yang Ia dijanjikan, jika Tuhan yang berjanji, pasti ditepati-Nya. Tuhan berkata, _“Aku adalah Alfa dan Omega,” (Wahyu 1:8), artinya jika Tuhan yang memulai, Ia juga yang akan menyelesaikan sampai akhir.

 

Jangan biarkan ketakutan membelenggu ! “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:20b).

 

Selamat ber-SaatTeduh. Tuhan Yesus menyertai, menolong, dan memberkati kita semua.

Catatan: Renungan ini ditulis oleh Bapak Youri Adutae. Saya postingkan ulang dari WA Group Tolas Pah Timor (kelompok keluarga orang Timor) di Salatiga. 


Kamis, 18 Agustus 2022

MAKANAN UNTUK TUBUH, JIWA, DAN ROH KITA

BACAAN: Efesus 1:3-14

RENUNGAN HARI INI

 

Allah berhak mengharapkanb kasih, penyembahan, dan ketaatan dari semua orang yang telah diberkati-Nya. Sayangnya, banyak di antara kita yang cenderung menunjukkan sedikit hormat dan rasa terimakasih kepada Allah. Kita suka merusak hukum moral Allah, tetapi kita tidak mau mengakui hak Allah untuk menghukum kita. Sejarah menunjukkan fakta bahwa bangsa yang mengabaikan Allah dan menolak firman-Nya, bangsa itu  pasti akan menuai buah-buah yang pahit. Kita patut mensyukuri kemerdekaan yang telah kita nikmati selama ini dan sepatutnya kita memakai kemerdekaan itu untuk melayani sesama kita yang berkekurangan, tetapi kita menyepelekan perintah ini dengan bersikap kurang peduli kepada mereka. Kita suka memaksakan keinginan kita kepada orang lain, berlaku tidak adil kepada orang lain, dan tidak memikirkan kesejahteraan merek; kita menuntut hak kita untuk mendapatkan kemerdekaan pribadi, tetapi kita tidak mau mendengarkan gagasan tentang hak-hak Allah. Allah adalah pemilik kebun anggur. Dia menghendaki kita menjadi pohon anggur yang menghasilkan buah-buah yang berkualitas baik, bahkan yabg sangat baik, yaitu buah-buah kasih dan ketaatan, dan bukan buah-buah asam yang berasal dari rasa tidak bersyukur kepada Tuhan dan kejahatan kita. (Yesaya 5:2).

Sebelum berada di dalam Adam Kedua atau Adam Rohani, yaitu Yesus Kristus, kita berada di dalam Adam Pertama atau Adam Jasmani. Ketika Adam Pertama itu berbuat dosa, rohnya mati dan dia pun hidup terpisah dari Tuhan. Semua keturunan Adam Pertama, termasuk kita, juga hidup dalam keadaan yang sama sejak kita dilahirkan. Firman Tuhan menggambarkan peristiwa ini sebagai peristiwa "mati dalam pelanggaran dan dosa". Secara fisik kita masih hidup, tetapi secara rohani kita sudah mati (Efesus 2:1). Pada saat kita menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita secara pribadi, kita dipindahkan dari posisi  "di dalam Adam Pertama" ke posisi baru "di dalam Adam Kedua atau Yesus Kristus berkat karya Roh Kudus. Sesungguhnya inilah mujizat kasih karunia. Kita yang dahulu mati dan terhilang, sekarang hidup dan dipersatukan dengan Allah Bapa da Yesus Kristus. Kita yang sebelumnya hidup terpisah dari Allah Bapa di surga, sekarang telah bersatu dengan Dia dalam Yesus Kristus (Efesus 1:3-14).

 

Sekarang kita berada dalam posisi yang aman karena kita sudah sepenuhnya diterima oleh Bapa kita di surga. Kita telah ditempatkan secara permanen di dalam Yesus Kristus berkat karya Roh Kudus. Status kita sebagai ciptaan yang baru bersifat kekal dan tidak dapat diubah. Kita tidak mempunyai andil sedikit pun dalam karya keselamatan. Keselamatan kita sepenuhnya berasal dari Allah. Karena kasih karunia, Allah Bapa mau memilih kita dan memperdamaikan kita dengan diri-Nya. Ia menyediakan sarana perdamaian dan menempatkan kita di dalam Yesus Kristus untuk menjadi sebuah tanda bahwa kita telah diperdamaikan dengan Dia dan kita telah diterima-Nya. Diperdamaikan, diterima, dan hidup di dalam Yesus Kristus, itulah arti kemerdekaan kita yang sesungguhnya (Roma 6:1-4).

Selamat ber-Saat Teduh. Tuhan Yesus menyertai dan memberkati kita semua

Catatan: Renungan ini ditulis oleh Bapak Youri Adutae. Saya postingkan ulang dari WA Group Tolas Pah Timor (kelompok keluarga orang Timor) di Salatiga. 

Rabu, 17 Agustus 2022

DIMERDEKAKAN DARI BELENGGU PERBUDAKAN

BACAAN: Yohanes 8:31-36

RENUNGAN HARI INI

Sejak kemarin kita mulai sedikit menyentuh topik kemerdekaan. Apa itu kemerdekaan? Menurut pandangan manusia pada umumnya, kemerdekaan adalah peristiwa ketika seseorang mampu membuat pilihan dan bertindak dengan sebebas-bebasnya tanpa terhalang oleh banyak batasan, halangan, dan tanggung jawab. Namun, menurut pandangan Allah berdasarkan Alkitab, arti kemerdekaan seperti itu sebenarnya hanya menggambarkan tabiat seorang manusia pemberontak, yaitu seorang manusia yang tidak mau tunduk kepada otoritas dan hanya mau melakukan apa yang baik menurut pandangannya sendiri (Hakim-hakim 21:25). Kemerdekaan sejati berarti kita benar-benar  dibebaskan dari ikatan dosa dan dampak-dampaknya yang sangat mengerikan pada diri dan kehidupan kita seutuhnya. Kemerdekaan semacam ini hanya dapat kita temukan dan nikmati dalam Yesus Kristus (Roma 6:16-17).

 

Langkah pertama menuju kemerdekaan adalah kita harus  mengakui area ketidakbebasan kita. Orang yang belum menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya, sesungguhnya dia masih ada di area ini. Area ketidakbebasan adalah tempat seseorang masih terus terikat oleh segala macam belenggu perbudakan. Dia masih hidup sebagai hamba dosa atau budak dosa. Dosa  telah membutakan mata hatinya sehingga dia sama sekali tidak mampu melihat cahaya kebenaran yang membebaskan berdasarkan iman kepada Yesus Kristus.

 

Setelah menjadi orang Kristen, kita pun  kita masih bisa terbelenggu, terutama oleh belenggu-belenggu perbudakan yang sangat halus. Misalnya, kita merasa rendah diri atau sebaliknya kita tinggi diri, angkuh, atau sombong. Belenggu-belenggu perbudakan yang lain adalah perasaan tidak aman yang menyebabkan kita masih terus hidup dalam kebimbangan, tidak mampu percaya dan tidak taat kepada Tuhan. Selanjutnya ada juga belenggu perbudakan lain berupa perasaan tidak berharga dan perasaan tertolak yang menghalangi kesaksian hidup kita di dunia sebagai pengikut Yesus Kristus.

 

Dari firman Tuhan, kita tahu bahwa kita dimerdekakan pada waktu kita  sadar betul akan keberadaan dan posisi  kita di dalam Yesus Kristus. Jalan menuju pengetahuan tentang kebenaran yang memerdekakan kita adalah kita tetap hidup dalam firman Tuhan. Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi yang percaya  kepada-Nya, "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu memerdekakan kamu."(Yohanes 8:31-32).

 

Selamat ber-Saat Teduh. Tuhan Yesus menyertai dan memberkati kita semua

Catatan: Renungan ini ditulis oleh Bapak Youri Adutae. Saya postingkan ulang dari WA Group Tolas Pah Timor (kelompok keluarga orang Timor) di Salatiga.

Selasa, 16 Agustus 2022

PENGIKUT YESUS HARUS MENGIKUTI TELADANNYA

 RENUNGAN HARI INI

 

Bacaan Inspirasi: 1 Korintus 6:19-20

 

Ada harga yang harus dibayar sejak kita menjadi pengìkut Yesus. Mengikut Yesus berarti kita mengikuti teladan Dia yang rela menyerahkan segala milik-Nya, yaitu waktu-Nya, nyawa-Nya, dan tubuh-Nya sendiri untuk menggenapi rencana Allah. Allah itu Roh (Yohanes 4:24). Karena itu, Ia membutuhkan suatu wadah untuk berdiam dan untuk memanifestasikan kekuasaan-Nya. Kita adalah bait kudus Allah, tempat Allah mau berdiam untuk melaksanakan tujuan kekal dan berbagai macam proyek-Nya di dunia ini. Rasul Paulus berkata, "Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, Allah akan membinasakan dia, sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu." (1 Korintus 3:17). Tubuh kita bukan milik kita lagi karena tubuh kita sudah dibeli oleh Allah dan harganya telah lunas dibayar dengan darah Anak-Nya sendiri, yaitu darah Yesus Kristus yang tertumpah di atas kayu salib. *"Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudud yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu." (1 Korintus 6:19-20).  Karena tubuh kita sudah ditebus oleh Allah dan sudah sepenuhnya menjadi milik Allah, kita harus merawat tubuh kita untuk memuliakan Allah.

Di medan perang hanya ada dua pilihan, yaitu membunuh atau dibunuh.  Prinsip ini kelihatannya sangat kejam jika diterapkan pada sesama manusia. Meskipun demikian, prinsip ini juga memiliki sisi baik jika diterapkan pada sasaran yang tepat. Musuh terbesar kita adalah Iblis. Musuh terbesar yang lain meliputi semua hal buruk yang ada di dalam diri kita, yaitu cara berpikir yang negatif, perasaan negatif, keinginan jahat,  perbuatan jahat, kebiasaan buruk,  karakter buruk, atau keadaan mental kita yang tidak baik. 

 

Kehidupan satu bangsa ditentukan oleh  kekuatan mental bangsa itu. Jepang tidak seluas Indonesia, mempunyai sumber daya alam yang terbatas, dan mengalami kehancuran pada masa perang dunia kedua, tetapi mereka mempunyai semangat yang berapi-api untuk bangkit dari keterpurukan  dan akhirnya mereka bisa menjadi bangsa yang sangat  maju di dunia. Bagaimana dengan bangsa kita? Kita sudah merdeka secara politis, tetapi mental selalu dijajah masih tetap tinggal dan bercokol di dalam diri kita sehingga kita tidak  bisa cepat maju. Mungkin kita masih dijajah oleh banyak dosa di dalam hati kita dan kita masih terus-menerus dipaksa oleh dosa-dosa itu untuk melayani kehendak Iblis.

 

Kita perlu memiliki sikap hati atau sikap mental yang gigih dalam menjalani kehidupan ini. Jangan biarkan kemiskinan mental terus melanda kita, yaitu kondisi kejiwaan yang dipenuhi oleh kebiasaan-kebiasaan buruk seperti kenajisan, kecemaran, mudah cepat menyerah, suka berprasangka buruk, iri hati, suka menyalahkan orang lain, malas, tidak berdisiplin, dan berbagai sifat buruk lain yang menghambat kemajuan dan keberhasilan kita. Kehancuran dan kegagalan bisa melanda rumah tangga, gereja,  perusahaan, dan karier kita dalam semua bidang kehidupan. Akan tetapi, kalau kita memiliki sikap mental yang baik, hal-hal buruk itu tidak akan mematikan langkah kita untuk maju dan berhasil. Karena memiliki sikap mental yang baik, setiap kali jatuh, kita selalu masih mau terus berjuang sampai akhirnya kita bisa bangkit lagi untuk meraih keberhasilan. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Jka kita sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan hidup dalam kebenaran firman Tuhan, langkah kita pasti akan diteguhkan-Nya. Kita tidak boleh  membiarkan masa depan kita dibunuh oleh sikap mental yang buruk. Kita harus meninggalkan dan mematikan semua hal buruk itu di dalam diri kita. "Karena itu, matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, dan juga keserakahan yang sama dengan penyembahan berhala" (Kolose 3:5)

 

Selamat bet-Saat Teduh. Tuhan Yesus menyertai dan memberkati kita semua.

Catatan: Renungan ini ditulis oleh Bapak Youri Adutae. Saya postingkan ulang dari WA Group Tolas Pah Timor (kelompok keluarga orang Timor) di Salatiga. 

Senin, 15 Agustus 2022

BELAJAR DARI SAUL

 Bacaan: 1 Samuel 15: 19-23


RENUNGAN HARI INI


Saul diangkat oleh Allah menjadi raja Israel yang pertama. Saul adalah manusia terbaik di negeri itu. Dia berwajah tampan, perawakannya gagah, dan dia diurapi secara khusus oleh Samuel. Ia diberi posisi yang penting, yang belum pernah dinikmati oleh siapa pun di negeri itu.

 

Sesungguhnya Saul memiliki permulaan yang menjanjikan. Namun, dalam perjalanan ia mulai menyimpang. Sifat iri hati dan pementingan dirinya semakin menjadi-jadi, dan ia pun mulai melakukan apa saja yang ia ingin lakukan dan bukan apa yang dikehendaki Allah. Dan benar, ketidaktaatannya, itulah yang membuatnya gila. Kisah hidup Saul memperlihatkan dengan jelas kepada kita apa yang terjadi pada waktu dosa dibiarkan masuk dan memulai proses erosi rohani yang merusak kehidupannya.

 

Apakah kita  berpikir bahwa hal ini tidak akan terjadi pada diri kita? Apakah kita berpikir bahwa kita sudah dewasa secara rohani sehingga kita dapat menghindarkan diri dari ranjau-ranjau yang pernah menghancurkan Raja Saul? Tidak ada seorang pun yang dapat menghindarkan diri dari erosi yang datang dari dosa yang melekat di dalam hatinya. Setan tidak tergesa-gesa membawa perangkap kehancuran ke jalan kita; ia sabar menunggu dan selalu mengawasi kita untuk membuat satu demi satu kesalahan sampai saatnya tiba ketika kita tidak dapat lagi mengenal diri dan kehidupan Saudara sendiri.

 

Jangan tunggu sampai segala sesuatu berakhir; mulailah mengenal erosi di dalam diri kita. Tetapkanlah hati untuk melakukan introspeksi diri  secara berkala guna memastikan bahwa jiwa kita bersih dari dosa yang mengganggu dan merusak kehidupan kita.

 

Catatan: Renungan ini ditulis oleh Bapak Youri Adutae. Saya postingkan ulang dari WA Group Tolas Pah Timor (tolas-nya keluarga orang Timor) di Salatiga. 

Minggu, 14 Agustus 2022

BERANILAH BUANG RASA IRI HATI

Renungan hari ini.

Bacaan Injil -  Lukas: 15: 11 - 32

Kisah anak yang terhilang bisa memicu kecemburuan kita. Kita mungkin tergoda oleh keinginan untuk menjadi anak yang terhilang: nakal, laknat, suka berfoya-foya, kehabisan uang,  kelaparan, terpaksa makan makanan babi, lalu bertobat, pulang ke rumah orang tua, disambut dengan tangan terbuka, dipeluk erat-erat, diberi ciuman secara bertubi-tubi oleh sang ayah, mendapat jubah baru, dan ada pesta yang sangat meriah. Anak sulung yang melihat hal itu menjadi marah-marah karena iri hati. Wajar kalau ia marah kepada sang ayah dan iri hati kepada adiknya. Kalau begitu, mengapa hal itu salah? Kata sang ayah, "Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu." (Lukas 15:31). Anak sulung itu iri hati kepada adiknya karena dia tidak tahu bahwa segala kepunyaan ayahnya adalah kepunyaan dia juga. Ia seperti ayam yang mati kelaparan di lumbung padi.

 

 Iri hati adalah tuduhan di dalam hati kita bahwa orang lain telah merampas berkat dan kebahagiaan kita;  iri hati adalah perasaan bahwa sesuatu telah  dirampas dari kita; Iri hati juga berarti kita tidak suka melihat keberhasilan atau kelebihan orang lain. Inilah yang terjadi pada si anak sulung itu. Sesungguhnya iri hati itu keliru besar dan sia-sia, lebih-lebih kalau kita iri hati kepada mereka yang berbuat curang (Mazmur 37:1) atau kepada orang yang lalim (Amsal 3:31). Iri hati kepada orang-orang seperti itu adalah sebuah tanda bahwa kita juga memiliki niat hati yang sama dengan mereka atau setidaknya kita ikut mengamini kejahatan mereka. Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah." (Matius 5:8). Selain merampok kebahagiaan kita, iri hati juga bisa menggiring kita untuk berbuat jahat dan menjauhkan diri dari hadirat Tuhan (Matius 7:22-23).

Selamat hari Minggu, dan selamat beribadah. Tuhan menyertai dan memberkati kita semua.

Catatan: Renungan ini saya postingkan ulang dari WA Group Tolas Pah Timor (kumpulan keluarga orang Timor) di Salatiga. 


Sabtu, 13 Agustus 2022

MENCARI TUHAN : ADA KEHIDUPAN

Renungan hari ini.


BACAAN :  Yesaya 55:1-13

AYAT : "Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat !" (Yesaya 55:6)

 

RENUNGAN

Renungan kita hari ini menegur dan mengingatkan kita agar tidak menyia-nyiakan waktu.  Kesempatan yang ada hendaknya kita gunakan untuk terus menerus mencari Tuhan. 

 

Mencari Tuhan adalah sebuah keputusan terpenting bagi orang percaya, terutama pada saat kita sedang ada dalam situasi-situasi yang sangat sulit. 

 

Ketika jalan yang kita tempuh terbentur pada tembok yang tebal alias jalan buntu, sedangkan berbagai upaya telah kita lakukan dan semuanya berujung pada kegagalan, tiada jalan lain selain kita harus datang kepada Tuhan dan mencari wajah-Nya. 

 

Mencari Tuhan berarti kita sadar akan keterbatasan dan ketidakberdayaan kita, lalu dengan penuh kerendahan hati kita mencari Dia. Mencari Tuhan juga berarti kita hanya mau berharap akan Dia dan mengandalkan Dia.

 

Mengapa kita harus mencari Tuhan? Karena Dia adalah sumber pertolongan sejati, sedangkan segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak bisa memberikan jawaban dan jaminan yang pasti kepada kita. 

 

Karena itu, janganlah sekali-kali kita gantungkan harapan kita pada uang, kekayaan, jabatan, pengalaman, kepintaran atau kemampuan. Semuanya itu sia-sia. 

 

Gantungkan harapan kita sepenuhnya pada Tuhan sebab Dia selalu mempunyai jalan ajaib untuk menolong kita.

Dia tidak pernah kehabisan cara melepaskan kita dari berbagai macam masalah.

 

"Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:9).

 

Apa yang didapatkan bila kita bersungguh hati mencari Tuhan?  "...kamu yang mencari Allah, biarlah hatimu hidup kembali!" (Mazmur 69:33).

 

Melalui Habi Amos, Tuhan mengingatkan bangsa Israel agar mereka mencari Dia,  "Carilah Aku, maka kamu akan hidup!" (Amos 5:4, 6a).

 

Perjalanan hidup bangsa Israel hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi kita yang hidup pada zaman sekarang ini. Ada keamanan, perlindungan, dan kemenangan ketika mereka mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Namun, ketika mereka meninggalkan Tuhan, berkompromi dengan dosa dan mencari pertolongan dari ilah lain, kekalahan demi kekalahan harus mereka alami.

 

DOA: Ajari kami ya Tuhan untuk berharap dan mengandalkan Engkau dalam setiap langkah kehidupan kami. Amin.

 

Selamat beribadah. Tuhan menyertai dan memberkati kita semua.

Catatan: Renungan ini saya postingkan ulang dari WA Group Tolas Pah Timor (tolasnya keluarga orang Timor) di Salatiga.