Selasa, 16 Agustus 2022

PENGIKUT YESUS HARUS MENGIKUTI TELADANNYA

 RENUNGAN HARI INI

 

Bacaan Inspirasi: 1 Korintus 6:19-20

 

Ada harga yang harus dibayar sejak kita menjadi pengìkut Yesus. Mengikut Yesus berarti kita mengikuti teladan Dia yang rela menyerahkan segala milik-Nya, yaitu waktu-Nya, nyawa-Nya, dan tubuh-Nya sendiri untuk menggenapi rencana Allah. Allah itu Roh (Yohanes 4:24). Karena itu, Ia membutuhkan suatu wadah untuk berdiam dan untuk memanifestasikan kekuasaan-Nya. Kita adalah bait kudus Allah, tempat Allah mau berdiam untuk melaksanakan tujuan kekal dan berbagai macam proyek-Nya di dunia ini. Rasul Paulus berkata, "Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, Allah akan membinasakan dia, sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu." (1 Korintus 3:17). Tubuh kita bukan milik kita lagi karena tubuh kita sudah dibeli oleh Allah dan harganya telah lunas dibayar dengan darah Anak-Nya sendiri, yaitu darah Yesus Kristus yang tertumpah di atas kayu salib. *"Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudud yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu." (1 Korintus 6:19-20).  Karena tubuh kita sudah ditebus oleh Allah dan sudah sepenuhnya menjadi milik Allah, kita harus merawat tubuh kita untuk memuliakan Allah.

Di medan perang hanya ada dua pilihan, yaitu membunuh atau dibunuh.  Prinsip ini kelihatannya sangat kejam jika diterapkan pada sesama manusia. Meskipun demikian, prinsip ini juga memiliki sisi baik jika diterapkan pada sasaran yang tepat. Musuh terbesar kita adalah Iblis. Musuh terbesar yang lain meliputi semua hal buruk yang ada di dalam diri kita, yaitu cara berpikir yang negatif, perasaan negatif, keinginan jahat,  perbuatan jahat, kebiasaan buruk,  karakter buruk, atau keadaan mental kita yang tidak baik. 

 

Kehidupan satu bangsa ditentukan oleh  kekuatan mental bangsa itu. Jepang tidak seluas Indonesia, mempunyai sumber daya alam yang terbatas, dan mengalami kehancuran pada masa perang dunia kedua, tetapi mereka mempunyai semangat yang berapi-api untuk bangkit dari keterpurukan  dan akhirnya mereka bisa menjadi bangsa yang sangat  maju di dunia. Bagaimana dengan bangsa kita? Kita sudah merdeka secara politis, tetapi mental selalu dijajah masih tetap tinggal dan bercokol di dalam diri kita sehingga kita tidak  bisa cepat maju. Mungkin kita masih dijajah oleh banyak dosa di dalam hati kita dan kita masih terus-menerus dipaksa oleh dosa-dosa itu untuk melayani kehendak Iblis.

 

Kita perlu memiliki sikap hati atau sikap mental yang gigih dalam menjalani kehidupan ini. Jangan biarkan kemiskinan mental terus melanda kita, yaitu kondisi kejiwaan yang dipenuhi oleh kebiasaan-kebiasaan buruk seperti kenajisan, kecemaran, mudah cepat menyerah, suka berprasangka buruk, iri hati, suka menyalahkan orang lain, malas, tidak berdisiplin, dan berbagai sifat buruk lain yang menghambat kemajuan dan keberhasilan kita. Kehancuran dan kegagalan bisa melanda rumah tangga, gereja,  perusahaan, dan karier kita dalam semua bidang kehidupan. Akan tetapi, kalau kita memiliki sikap mental yang baik, hal-hal buruk itu tidak akan mematikan langkah kita untuk maju dan berhasil. Karena memiliki sikap mental yang baik, setiap kali jatuh, kita selalu masih mau terus berjuang sampai akhirnya kita bisa bangkit lagi untuk meraih keberhasilan. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Jka kita sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan hidup dalam kebenaran firman Tuhan, langkah kita pasti akan diteguhkan-Nya. Kita tidak boleh  membiarkan masa depan kita dibunuh oleh sikap mental yang buruk. Kita harus meninggalkan dan mematikan semua hal buruk itu di dalam diri kita. "Karena itu, matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, dan juga keserakahan yang sama dengan penyembahan berhala" (Kolose 3:5)

 

Selamat bet-Saat Teduh. Tuhan Yesus menyertai dan memberkati kita semua.

Catatan: Renungan ini ditulis oleh Bapak Youri Adutae. Saya postingkan ulang dari WA Group Tolas Pah Timor (kelompok keluarga orang Timor) di Salatiga. 

0 komentar:

Posting Komentar