Sabtu, 11 Maret 2023

Acara Tukar Nasib

BACAAN HARI INI: Amsal 30:7-9


AYAT KUNCI: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Matius 5:3).

RENUNGAN

Pernah ada Acara Tukar Nasib yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi. Acara itu sangat mengharukan, sangat menggelikkan, dan  penuh dengan motivasi untuk meraih kemajuan. Dari pihak keluarga sederhana sering terdengar ucapan tentang betapa enaknya menjadi orang kaya yang hidup enak, serba ada, serba berkecukupan, dan sebagainya. Benarkah menjadi orang kaya itu membuat orang berbahagia? Kebanyakan orang mempunyai  pandangan seperti itu, tetapi Yesus justru berkata bahwa orang yang berbahagia adalah orang  yang miskin di hadapan Allah. Apa arti perkataan itu bagi kita?

Pertama: Kebahagiaan sejati tidak terletak pada apa yang dapat dilihat oleh mata jasmani, tetapi pada apa yang tersimpan di dalam hati kita. Penulis Amsal berkata bahwa ia tidak meminta kekayaan atau kemiskinan, tetapi ia hanya mau meminta kecukupan (Amsal 30:7-9) seperti yang diajarkan oleh Yesus kepada  murid-murid-Nya di dalam *Doa Bapa Kami*: *"Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya."*(Matius 6:9). Apakah kita masih terus mengejar kekayaan lebih daripada yang kita butuhkan? Apakah kita pernah merasa sedih ketika hati kita mulai tawar, ogah-ogahan beribadah, malas berdoa, dan tidak suka membaca firman Tuhan? Keserakahan adalah suatu bencana besar yang membuat banyak orang tidak pernah merasa cukup, terus-menerus dalam keadaan merasa miskin di dalam hati, tidak mampu berterima kasih kepada Tuhan atas berkat yang sudah ada, dan tidak bisa menikmati kebahagiaan dalam arti yang sesungguhnya. Yang senantiasa kita rasakan hanyalah kebahagiaan semu.

Kedua: Kita akan mengalami kebahagiaan sejati ketika kita senantiasa bersyukur atas setiap berkat yang sudah ada. Acara Tukar Nasib membuat keluarga sederhana bisa merasa bahagia selama tiga hari di rumah keluarga kaya, tetapi masih jauh lebih bahagia di rumah sendiri meskipun hidup hanya secukupnya. Orang dari keluarga sederhana mengalami hal yang aneh karena ternyata menjadi orang kaya itu membingungkan. Sebaliknya, orang dari keluarga kaya justru bisa belajar hidup bersahaja dan belajar  bersyukur kepada Tuhan karena mereka bisa merasakan penderitaan orang yang hidup di lingkungan keluarga sederhana. Ternyata setiap orang dalam situasi kehidupan yang berbeda akan menemukan arti kebahagiaan yang berbeda.

Ketiga: Tuhan adalah "obat" kemiskinan hati. Baik orang yang diberkati oleh Tuhan secara berlimpah-limpah maupun yang berkekurangan sama-sama terancam oleh bahaya yang lebih besar daripada orang yang kehidupannya berlimpah ucapan syukur. Bahaya itu disebut *kemiskinan hati*, yaitu hati yang tidak lagi melekat pada Tuhan, tetapi pada materi atau pada masalah pemenuhan kebutuhan hidup yang hanya bersifat sementara. Bagaimana keadaan kita? Apakah masih ada ucapan syukur yang berlimpah-limpah kepada Tuhan di dalam hati kita? Apakah yang kita kejar siang dan malam hingga saat ini? Kehidupan dan bahagiaan macam apa yang sedang kita kejar selama ini?

POJOK BAHAN PERENUNGAN PRIBADI

Kemiskinan di dalam hati atau kemiskinan harta sorgawi adalah suatu bencana besar yang akibatnya pada kehidupan diri kita seutuhnya dalam hubungan dengan Tuhan dan orang-orang di sekitar kita jauh lebih mengerikan daripada kemiskinan materi dan kelimpahan materi.

Terima kasih

0 komentar:

Posting Komentar